Rabu, 20 Oktober 2010 | 20:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Eriyanto (14) tak bisa membendung air matanya saat bersalaman dengan Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (20/10/2010) sore. Eri, demikian ia biasa disapa, adalah kapten tim Indonesia yang turut dalam kejuaraan Milan Camp di Italia.
Sore ini, Presiden menerima Eri dan teman-temannya yang baru mendarat dari Italia. Indonesia menjadi jawara dan Eri terpilih sebagai "Best Captain" alias kapten terbaik.
Air mata yang menetes di pipinya merupakan ungkapan haru dan bangga. Wajah kedua orangtua dan adik semata wayang di kampung halaman, Kabupaten Nagrak, Sukabumi, terbayang di pelupuk mata Eri.
Dengan suara terbata, Eri memperkenalkan dirinya kepada Presiden SBY. Tak malu, ia mengakui hanya seorang anak putus sekolah.
"Nama saya Eriyanto, umur saya 14 tahun. Setelah SMP saya putus sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu," kata Eri saat Presiden meminta para remaja itu memperkenalkan diri berikut latar belakang keluarganya.
Ungkapan polos Eri memancing Presiden, "Dari mana tadi?" Eri menjawab, "Nagrak, Sukabumi, Bapak," katanya.
Kedua orangtua Eri adalah petani. Alasan keterbatasan ekonomi membuat Eri tak melanjutkan sekolahnya. Setiap hari, ia membantu orangtua dengan memberi makan hewan ternaknya.
Nasib baik menghampirinya saat PT Asia Sport Development menjaring bibit berbakat. Eri selama setahun terakhir berlatih di bawah gemblengan mantan pesepakbola nasional, Arif Hidayat.
"Dia berbakat dan terpilih untuk ikut dalam tim yang berangkat ke Italia," terang Manajer Tim, Ricky Djoharli.
Eri kemudian dipercaya menjadi kapten tim untuk menggantikan rekannya yang mengalami cedera. "Saya tidak menyangka, akhirnya bisa terpilih sebagai kapten terbaik," katanya dengan terisak.
Di Italia, tim Indonesia mengalahkan empat tim asal Eropa dan Amerika Latin. Puncaknya, tim Indonesia mengalahkan tim Italia pada babak final.
Perjuangan anak-anak muda ini tak mudah. Di tengah dinginnya cuaca Italia, mereka menjaga semangat tetap membara. "Kalau latihan, pakai jaket dan celana panjang. Awalnya agak susah adaptasi dengan dinginnya karena di Indonesia biasanya kan panas. Tapi kami berhasil," kisah Eri.
Ia pun tak pernah membayangkan bisa merasakan "merumput" di Italia. Apa harapan Eri untuk masa depannya? Cukup sederhana. "Saya ingin melanjutkan sekolah dan ingin menjadi pemain tim nasional," harapnya.
Presiden dalam sambutannya berpesan agar Menpora Andi Mallarangeng memerhatikan masa depan remaja-remaja potensial ini. "Tanya ke mereka, apa harapan dan cita-citanya. Mau menjadi pesepakbola atau karier lainnya. Bisa berhasil sebagai pemain bola, sekolah, atau profesi lain," kata Presiden.
Kini, Eri berharap, janji dan perhatian pemerintah bisa diwujudkan. "Saya ingin sekali sekolah lagi," harapnya lagi.
Sore ini, Presiden menerima Eri dan teman-temannya yang baru mendarat dari Italia. Indonesia menjadi jawara dan Eri terpilih sebagai "Best Captain" alias kapten terbaik.
Air mata yang menetes di pipinya merupakan ungkapan haru dan bangga. Wajah kedua orangtua dan adik semata wayang di kampung halaman, Kabupaten Nagrak, Sukabumi, terbayang di pelupuk mata Eri.
Dengan suara terbata, Eri memperkenalkan dirinya kepada Presiden SBY. Tak malu, ia mengakui hanya seorang anak putus sekolah.
"Nama saya Eriyanto, umur saya 14 tahun. Setelah SMP saya putus sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu," kata Eri saat Presiden meminta para remaja itu memperkenalkan diri berikut latar belakang keluarganya.
Ungkapan polos Eri memancing Presiden, "Dari mana tadi?" Eri menjawab, "Nagrak, Sukabumi, Bapak," katanya.
Kedua orangtua Eri adalah petani. Alasan keterbatasan ekonomi membuat Eri tak melanjutkan sekolahnya. Setiap hari, ia membantu orangtua dengan memberi makan hewan ternaknya.
Nasib baik menghampirinya saat PT Asia Sport Development menjaring bibit berbakat. Eri selama setahun terakhir berlatih di bawah gemblengan mantan pesepakbola nasional, Arif Hidayat.
"Dia berbakat dan terpilih untuk ikut dalam tim yang berangkat ke Italia," terang Manajer Tim, Ricky Djoharli.
Eri kemudian dipercaya menjadi kapten tim untuk menggantikan rekannya yang mengalami cedera. "Saya tidak menyangka, akhirnya bisa terpilih sebagai kapten terbaik," katanya dengan terisak.
Di Italia, tim Indonesia mengalahkan empat tim asal Eropa dan Amerika Latin. Puncaknya, tim Indonesia mengalahkan tim Italia pada babak final.
Perjuangan anak-anak muda ini tak mudah. Di tengah dinginnya cuaca Italia, mereka menjaga semangat tetap membara. "Kalau latihan, pakai jaket dan celana panjang. Awalnya agak susah adaptasi dengan dinginnya karena di Indonesia biasanya kan panas. Tapi kami berhasil," kisah Eri.
Ia pun tak pernah membayangkan bisa merasakan "merumput" di Italia. Apa harapan Eri untuk masa depannya? Cukup sederhana. "Saya ingin melanjutkan sekolah dan ingin menjadi pemain tim nasional," harapnya.
Presiden dalam sambutannya berpesan agar Menpora Andi Mallarangeng memerhatikan masa depan remaja-remaja potensial ini. "Tanya ke mereka, apa harapan dan cita-citanya. Mau menjadi pesepakbola atau karier lainnya. Bisa berhasil sebagai pemain bola, sekolah, atau profesi lain," kata Presiden.
Kini, Eri berharap, janji dan perhatian pemerintah bisa diwujudkan. "Saya ingin sekali sekolah lagi," harapnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you have visited