KOMPAS.com — Dunia kedokteran terus mengembangkan diri
untuk mencari cara menyelamatkan jutaan nyawa manusia. Upaya mereka
antara lain didukung oleh hewan seperti babi.
Para ilmuwan dari
National Institute of Health bulan lalu mengumumkan, mereka sukses
melakukan cangkok jantung ke babon yang secara genetik direkayasa dari
babi.
Kemudian ilmuwan gen, Craig Venter, bermitra dengan United
Therapeutics Corp untuk mengembangkan paru babi yang cocok dengan tubuh
manusia.
Namun sebenarnya, babi memiliki peran lebih dari
sekadar sumber donor organ. Selama lebih dari 30 tahun, para ilmuwan
telah menggunakan babi dalam berbagai bidang kedokteran, termasuk
dermatologi, kardiologi (jantung), dan masih banyak lagi.
Baru-baru
ini para ilmuwan bahkan mampu menumbuhkan kembali otot kaki manusia
menggunakan implan yang dibuat dari jaringan kandung kemih babi.
Lantas,
apa yang membuat hewan ini begitu bernilai dalam riset kedokteran? Babi
dan manusia memang banyak perbedaan. Keduanya hanya berbagi tiga
klasifikasi ilmiah, dan tentu saja tidak ada kemiripannya dari luar.
Meski demikian, sistem biologi babi sebenarnya sangat mirip dengan manusia.
"Mereka
punya sejumlah kesamaan anatomi dan fisiologi dengan manusia walau
sistemnya berbeda. Babi merupakan model riset translasi. Oleh karenanya,
apa yang bekerja pada babi, besar kemungkinannya akan bekerja juga pada
manusia," kata dr Michael Swindle, penulis buku
Swine in the Laboratory.
Swindle
menjelaskan, mayoritas organ sistem babi punya kesamaan hingga 90
persen jika dibandingan dengan sistem pada manusia, baik dalam hal
anatomi maupun fungsi.
Sistem yang cocok antara lain sistem
kardiovaskular karena ukuran dan bentuk jantung babi sama dengan milik
manusia. Babi juga bisa mengalami aterosklerosis atau penumpukan lemak
pada pembuluh darah, sama seperti halnya manusia. Mereka juga bisa
mengalami reaksi serangan jantung.
Karena kesamaannya inilah para
ilmuwan sejak lama menggunakan babi untuk menguji alat kateter dan
metode operasi jantung. Babi juga dipakai untuk memahami bagaimana kerja
jantung secara umum.
Jaringan yang diambil dari jantung babi
juga sudah dipakai untuk menggantikan katup jantung yang rusak pada
manusia. Katup jantung ini bisa bertahan sampai 15 tahun dalam tubuh
manusia.
Selain kesamaan jantung dan pembuluh darah,
karakteristik lain yang hampir mirip antara manusia dan babi adalah,
keduanya mengonsumsi tanaman dan juga daging.
"Babi merupakan
hewan omnivora seperti kita. Mereka bisa makan dan minum apa saja.
Karena inilah, fisiologi pencernaan dan proses metabolik dalam lever
mereka sama seperti pada manusia. Babi sudah dipakai dalam banyak studi
seputar pola makan, termasuk soal penyerapan obat," kata Swindle.
Organ ginjalKesamaan
dengan manusia tidak berhenti sampai di sini. Ukuran ginjal babi dan
fungsinya ternyata tak jauh berbeda dengan ginjal kita. Maka jadilah
babi menjadi bagian dari riset tentang ginjal. Selain itu, babi juga
sudah menjadi model standar operasi plastik karena proses penyembuhan
kulit mereka lagi-lagi mirip dengan kulit manusia.
Ada pula hal
lainnya. Para penderita diabetes yang menggunakan suntikan insulin
harian juga bergantung pada insulin dari babi. Namun, ini hanya
berlangsung sampai tahun 1980 karena setelah itu perusahaan farmasi
mulai membuat insulin biosintetis menggunakan teknologi DNA.
Pankreas
babi yang menghasilkan insulin memang sama dengan manusia sehingga
berbagai riset mengenai diabetes sejak dulu memakai isolasi sel ini.
Para
ilmuwan tak mengetahui mengapa organ dan sistem anatomi babi begitu
mirip dengan manusia. Swindle menduga bahwa jutaan tahun lalu mungkin
kemiripannya lebih banyak lagi, tetapi proses evolusi membuat hewan ini
berkembang secara berbeda.
"Saya pribadi percaya, babi adalah
omnivora sejati sehingga metabolisme dan hormon mereka membuat banyak
kesamaan dengan karateristik pada manusia," katanya.
Mengingat
begitu banyaknya kesamaan dalam sistem organ dan makin tingginya
kebutuhan donor organ, babi kini menjadi target sebagai sumber organ
jantung dan paru bagi manusia.
Walau beberapa primata seperti
babon dan simpanse lebih mirip dengan manusia, babi lebih menarik
sebagai pilihan donor organ karena jumlah mereka lebih banyak.
"Sebagai
sumber organ, jika kita memilih spesies lain, maka harus jumlah yang
tersedia harus banyak dan secara etik diterima," kata dr Soon Park,
ketua divisi bedah jantung dari University Hospital Case Medical Center.
"Jika babon memang lebih dekat kemiripannya dengan manusia
dibanding babi, ada sejumlah masalah etik dan moral sehingga babon tidak
bisa dipakai. Selain itu, hewan ini sulit berkembang biak menjadi
banyak," katanya.
Mencangkokkan organ babi pada manusia, proses
yang disebut dengan xenotransplantasi, tidaklah mudah karena sistem
kekebalan tubuh manusia akan menolak. Namun, dengan kesuksesan para
ilmuwan mendonorkan jantung babi ke primata, babi sekali lagi dilirik
sebagai sumber donor yang mudah didapat.