Sabtu, 21 Juni 2014

PRABOWO Tidak betah waktu Blusukan

JAKARTA, — Direktur Eksekutif Populi Center Nico Harjanto mengatakan, ada perbedaan antara gaya blusukan calon presiden Prabowo Subianto dengan calon presiden Joko Widodo di Pasar. Prabowo tidak betah berlama-lama, sementara Jokowi sudah terbiasa di pasar.

"Sangat terlihat perbedaan antara yang tidak biasa dan yang biasa ke pasar," kata Nico di Jakarta, Sabtu (21/6/2014) siang.

Nico menyadari pihak Prabowo banyak mengklaim bahwa blusukan yang dilakukan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu sudah sering dilakukan sejak dulu. Namun, menurut dia, ketidakbiasaan Prabowo blusukan sangat terlihat dari cara kunjungannya ke pasar yang terkesan terburu-buru.

"Kemarin di Tanah Abang tiba-tiba dia kabur karena tidak biasa di kerumunan, meninggalkan warga dengan mengunakan ojek. Tidak sempat mampir dan beli apa-apa lagi. Mungkin dia tidak biasa dengan kerumunan dan takut terancam lama-lama berada di sana," tuturnya.

Hal berbeda, menurut Nico, ditunjukkan oleh capres pesaing Prabowo, Joko Widodo. Menurut dia, blusukan sudah menjadi kebiasaan Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu sehingga dia betah lama-lama melakukannya.

Nico pun menilai Prabowo telah melakukan upaya pencitraan dengan melakukan blusukan ke pasar tradisional tersebut. Sebab, Prabowo baru terlihat melakukan blusukan ke pasar menjelang Pemilihan Presiden 2014 pada 9 Juli mendatang.

"Saya kira hal-hal yang sifatnya tidak umum untuk dilakukan ya pencitraan karena kan sebelumnya jarang sekali dia ada agenda turun ke pasar-pasar seperti itu," ujarnya.


Sumber: KOMPAS.com

Kamis, 19 Juni 2014

Prabowo diberBERHENTIKAN "DIPECAT "

Jakarta - Banyak pertanyaan soal status berhentinya Prabowo Subianto dari karier militernya, apakah Prabowo dipecat, atau diberhentikan dengan hormat? Ini jawaban mantan Panglima ABRI Wiranto.

"Saya tidak ingin terjebak pada perbedaan istilah, saya tidak ingin hanya mempermasalahkan istilah dengan hormat atau tidak dengan hormat, diberhentikan atau dipecat," kata Wiranto di Posko Forum Komunikasi Pembela Kebenaran di Jl HOS Cokroaminoto 55-57, Jakarta Pusat, Kamis (19/6/2014).

Wiranto lalu memberi penjelasan. Seorang prajurit militer diberhentikan dengan hormat karena beberapa sebab, yaitu karena sudah berakhir masa dinasnya, karena cacat, karena sakit kronis, dan permintaan sendiri. Di sisi lain, seorang prajurit diberhentikan dengan tidak hormat jika melanggar Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Undang-undang, dan hukum yang berlaku.

"Maka tatkala Pak Letjen Prabowo, sebagai Panglima Kostrad, nyata-nyata oleh DKP telah dibuktikan beliau terbukti dalam kasus penculikan, maka diberhentikan sesuai norma yang berlaku," papar Wiranto.

"Tidak dengan hormat atau dengan hormat, tidak relevan kita perdebatkan. Terpulang kepada masyarakat untuk membuat istilah bagaimana, jangan terjebak pada istilah, kita masuk pada substansi," imbuhnya.

Sumber: Detik.com

Selasa, 10 Juni 2014

Debat Presiden 1- 0 Jokowi Unggul

JAKARTA, 10 Juni —Pengamat politik dari Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, menilai, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kalah telak dari rivalnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Debat Kandidat Calon Presiden-Wakil Presiden yang berlangsung pada Senin (9/6/2014) malam. Menurut dia, Prabowo-Hatta terlalu percaya diri menghadapi Jokowi-JK.
"Saya kira Prabowo-Hatta terlalu pede karena kemenangan di dua forum sebelumnya. Mungkin terlena. Keduanya tadi merasakan akibatnya. Mereka tidak kalah biasa, tapi kalah telak dari Jokowi-JK," kata Zaki, saat dihubungi, Senin (9/6/2014) malam.

Menurut dia, jawaban-jawaban yang diberikan Prabowo-Hatta cenderung abstrak. Dia pun menyoroti peran Hatta yang dianggap tak bisa melengkapi Prabowo.
"Ia (Hatta) banyak menjawab dengan datar dan seperti ragu. Menurut saya, Hatta tidak menjelaskan prestasi-prestasi yang telah ia lakukan selama berada di pemerintahan," kata Zaki.
Selain itu, lanjut Zaki, Prabowo tak menjawab secara diplomatis soal dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang selama ini selalu dikaitkan dengannya. Menurut Zaki, Prabowo terlihat emosional dan meminta Jusuf Kalla yang mengajukan pertanyaan itu untuk menanyakan kepada atasannya.
 "Padahal publik umumnya tahu, atasannya telah memecat Prabowo," katanya.

Sebaliknya, Zaki menilai, Jokowi-JK belajar dari kekurangan sebelumnya. Keduanya dianggap mampu memberikan jawaban dengan gambaran yang lebih konkret.  

"Keduanya mampu mengapitalisasikan capaian yang dilakukan. Misalnya, Jokowi dengan reformasi birokrasinya dan JK dengan menciptakan perdamaian di daerah konflik," ujar Zaki.

Sumber: KOMPAS.com