Minggu, 27 Juli 2014

WOWO tertipu dengan hasil rekayasa tim suksesnya......

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Arie Sudjito, mempertanyakan kredibilitas kinerja Tim Pembela Merah Putih dalam memberikan data permohonan gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden ke Mahkamah Konstitusi. Ia menilai banyak kejanggalan data yang diberikan oleh tim tersebut.

"Saya rasa ini antara reaksi jangka pendek dengan langkah hukum tidak connect. Respons kemarahan atas kekalahan saat itu ditanggapi dengan emosi. Seharusnya jangan emosi, kumpulkan data dulu," kata Arie saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/7/2014).

Arie mengatakan, jika dalam memberikan data gugatan saja tidak benar, maka tidak menutup kemungkinan ada kesalahan dalam memberikan informasi kepada pasangan nomor urut satu itu selama pilpres. Hal itu bisa berdampak pada kesalahan dalam mengambil sikap politik pasangan tersebut.

"Tim tidak kredibel dalam memberikan data. Saya curiga, input yang diberikan kepada Prabowo keliru dan hal ini berbahaya bagi kredibilitas Prabowo," ujarnya.
Arie menengarai validitas data menjadi pemicu mundurnya Mahfud MD sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta dan ketidakhadiran Hatta saat pembacaan deklarasi sikap politik oleh Prabowo di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa (22/7/2014).

"Kasihan PAN. Saya kira sebetulnya mereka sejak awal tidak mau mengajukan gugatan karena ragu dengan data. Tapi karena bisikan dari tim sukses ini yang akhirnya dampaknya berkepanjangan," ujar Arie.

Aku baru tahu "ASLINYA PRABOWO"

Sumpe dari hampir satu bulan terakhir nempel Prabowo, baru hari ini kesabaran saya habis...Saya benar benar kesal pada Prabowo and so called media team...

Media team Prabowo undang wartawan buat datang krn katanya Prabowo dan Hatta akan datang serahkan laporan mrk sendiri ke MK

Sebagian wartawan dtg jam 2 sebag lagi dtg jam 4 sperti saya...Kami brusaha dtg lbh pagi buat dpt gambar bapak yg katanya mau dtg sama Hatta

Jam 5 blm dtg, jam 6 baru pengacara yg dtg sementara yg kami dgr dia pergi buka bersama di Grand Hyatt...

Jam 7 kami diberitahu dia sudah datang, jam 7.30 smua org sudah bersiap, barikade diketatkan krn katanya bapak mau masuk

Sampe jam 8 berlalu sampe saya lihat satu persatu massa bubar dan org2 tim Prabowo masuk ruangan...no sign of Prabowo

saat itulah kami tau Prabowo Hatta pulang tanpa even kasih salam buat wartawan yg nunggu disitu hampir 4jam, bbrp dr mrk blm buka puasa nunggu bapak..

Sumpah serapah pun muncul mulai dari "Untung gue ga milih lo" sampe "Thank God bkn dia presidennya" Prabowo sudah kehilangan respect kami para juru warta...

Pak Prabowo yg terhormat,

Taukah anda kami sudah duduk nunggu bapak sejak siang, sejak jam 6 beberapa wartawan sudah naik di tangga nunggu buat dpt momen bapak dan pak Hatta masuk...

Tahukah anda sebagian dr mrk cuma berbuka dengan permen saja demi bapak...nasi bungkus dan KFC yg bapak bagikan ga cukup buat ngasi makan bahkan buat supporter bapak yg banyak...

Kami ditahan sama polisi ga boleh keluar masuk, barikade sudah disiapkan dr jam 5 sore demi bapak...

Kami cape, kelaparan, diatas tangga sambil menanti janji juru bicara bapak yg yakinkan kami bapak akan datang..sementara ibu2 suporter sibuk makan bakpao...

Kami dtg kesana karena kami respect sama bapak..tapi ternyata wartawan ga ada harganya buat bapak...

Ga ada maaf atau sekadar melongokkan kepala melambaikan tangan..Bapak lgsg aja pergi, kami cuma disuguhi pengacara yg omongannya basi...

Saya tau pak, ga ada yg bisa atur bapak..Bapak semaunya sendiri..taukah bapak ketika sebagian besar wartawan asing walk out dr liputan krn percuma, yg mrk cari bapak bukan mahendradata...

Bapak teriak2 minta direspek, dihargai dihormati tapi taukah anda buat dapat penghormatan itu anda harus belajar menghormati dulu?

Anda teriak ketika capres lainnya banyak diliput, anda bilang pencitraan, anda bilang TV/Media pilih kasih...

Pak coba due drpd pointing orang mending ngaca dulu..Bapak cukup baik ga buat org lain nyaman dan mencintai bapak...

Saya salut sama kepintaran bapak, ketegasan bapak, kharisma dan gaya bapak berorasi..Bapak saya percaya bisa jadi pemimpin yang hebat...

Sayang cuma satu yg bapak ga punya...Bapak ga punya hati...

Bapak cuma mau dihormati tapi ga peduli perasaan org lain...Bapak mau menang ga peduli berapa harganya

Bapak cuma baik sama yang baik sama bapak..Bapak slalu dilayani sbg raja, sayangnya bapak ga pernah mau melayani..

Kalo banyak org ga suka sama bapak, bapak salahkan mereka..Bapak suka marah2 ga jelas, bersikap seenaknya kaya bayi..

Bapak Prabowo, saya rasa anda butuh merubah hati anda terlebih dulu..

Pastor saya selalu bilang apa yg ada di tanganmu harusnya tdk lbh besar dr apa yg ada di hatimu..Hati menentukan semuanya..

Jadi jangan salahkan hati org ketika mereka lbh pilih Jokowi dibanding bapak, mgkn ini saatnya bapak intropeksi hati


By: Fransiska Renatta

Sabtu, 19 Juli 2014

Alasan Prabowo kalah telak di Bumi Cendrawasi

 
JAKARTA, Baranews.co - Banyak yang tidak memahami, mengapa kemenangan Jokowi di dua propinsi paling timur Indonesia, sangat telak. Padahal, Gubernur Papua berasal dari Partai Demokrat. Gubernur Papua Barat, berasal dari Gerindra, partai utama pengusung Prabowo Hatta.
            Papua memberikan 62,12% suara kepada Jokowi, dan Papua Barat mempersembahkan lebih tinggi lagi, 67,25%. Angka ini luar biasa, mengingat gubernur di kedua propinsi dari partai pendukung Prabowo Hatta.
            Tetapi, suara rakyat berkata lain. "Di seluruh pegunungan Papua dan Papua Barat, 100% suara untuk Jokowi. Prabowo sama sekali tidak memperoleh suara," ungkap Pendeta Benny Naraha Lefaan, Sekretaris Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Papua, Kamis (17/7).
            Dari total penduduk Papua dan Papua Barat, mayoritas di pegunungan. Tak kurang dari 65% yang bermukim di pegunungan. Di kota-kota pegunungan, mayoritas penduduk asli. Diperkirakan, seluruh penduduk asli Papua mendukung Jokowi.
            Relawan Papua, Diben Elabi, menambahkan, memang tidak mungkin orang pegunungan memberi suara ke Prabowo. "Mustahil, karena rakyat Papua tidak lupa sejarah. Operasi-operasi militer Soeharto dan Prabowo membantai puluhan ribu orang Papua," jelas Diben.
            Diben dan Benny mengakui, dalam kampanye Pilpres lalu, Prabowo Subianto masih "tega" datang ke Papua. Meski sebelumnya para relawan Papua sudah meminta agar Prabowo jangan pernah menginjak Tanah Papua, ternyata Ketua Dewan Pembina Gerindra itu masih datang.
            "Kami meminta Prabowo jangan datang, karena kami khawatir keamanan Prabowo. Kalau orang pegunungan ramai-ramai turun lalu membuat kerusuhan, kan bisa jadi kacau. Padahal kami orang Papua cinta damai," tambah Hans Renyaan, aktivis Bara JP di Jakarta.
            Benny dan Diben, keduanya berprofesi sebagai pendeta, mengatakan, orang Papua tidak mendendam. Tetap mencintai Prabowo. "Kami sayang sama Prabowo, kami memaafkannya, tetapi untuk menjadi Presiden RI kami tidak akan pernah setuju," tandas Benny dan Diben.
            Kesadaran orang Papua dalam Pilpres, berbeda dengan Pemilihan Legislatif (Pileg). Waktu itu, banyak orang Papua yang menjadi calon legislatif (caleg) dari berbagai partai. Orang Papua tak lihat partai, tapi lihat caleg.
            "Sedangkan dalam Pilpres, kami orang  Papua berhadapan langsung dengan Prabowo, petinggi militer yang memerintahkan sejumlah pembantaian di Papua. Jadi kami tak peduli partai, tapi peduli Jokowi, sebab kami percaya kepadanya, dan kami tidak percaya kepada Prabowo," jelas Benny. (if)

Peluang Prabowo-Hatta Tipis, PPP Diminta Merapat ke Jokowi-JK

 
JAKARTA, KOMPAS.com — Para anggota organisasi massa pendiri Partai Persatuan Pembangunan mendesak agar PPP segera bergabung dalam koalisi yang mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla. Keputusan PPP bergabung dengan koalisi yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinilai keputusan yang tidak tepat.

"PPP harus membangun koalisi kerakyatan dengan pemerintahan Jokowi-JK di parlemen dan pemerintahan dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang berkesinambungan," kata Politisi Senior PPP dari NU, Muhammad Razak, saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2014) petang.

Razak mengatakan, berdasarkan hasil quick count dan real count sementara, peluang Prabowo-Hatta untuk memenangkan Pemilu Presiden 2014 semakin tipis. Cita-cita berdirinya PPP juga dinilai tidak sejalan dengan Koalisi Merah Putih. Menurut dia, kecil kemungkinan PPP bisa berkontribusi untuk membangun bangsa jika tetap bersama Prabowo-Hatta.

Razak juga mengkritik deklarasi koalisi permanen yang baru-baru ini dilakukan PPP bersama 6 partai politik pengusung lainnya. Menurut Razak, deklarasi tersebut mengada-ada dan cenderung dipaksakan.

"Koalisi permanen itu apa itu? Tidak ada itu koalisi permanen. PPP akan gabung tidak pernah dirapatkan di DPP. Diktator itu namanya. Kami mengharapkan koalisi kerakyatan, bukan koalisi permanen," ujarnya.