Selasa, 11 Agustus 2015

TENTANG RASUL PAULUS

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini Penulis mencoba membahas bagaimana latar belakang Pertobatan Rasul Paulus yanga ada  didalam kitab Kisah Para Rasul ,dan Tujuan Penulis Membahas ini supaya kita   hal ini Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

BAB II
KEHIDUPAN RASUL PAULUS
  1. LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS
  1. a.      SIAPA PAULUS ITU?
Kita akan mulai mempelajari kehidupan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu melihat latar belakang hidupnya. Nama aslinya adalah Saulus (nama yang diambil dari bahasa Ibrani), tetapi setelah bertobat mengambil nama dalam bahasa Yunani, yaitu Paulus. Saulus adalah seorang Yahudi dan ia sangat bangga dengan keyahudiannya itu. Ia berasal dari suku Benyamin dan ia juga memiliki kewarganegaraan Roma.
  1. b.      Penduduk asli tarsus
Waktu kelahiran Paulus kurang lebih sama dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Ia dilahirkan di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus terletak hanya 1,2 km dari Laut Tengah. Oleh karena itu, Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Di samping itu, Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan. Banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Di kota ini tinggal orang-orang Yunani dan orang- orang Timur, juga bangsa-bangsa yang lain.
Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga terhadap Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat Yunani dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi warga negara Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir sewaktu remaja, tetapi keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33).
Sewaktu masih sangat muda, orangtua Paulus memutuskan ia harus menjadi seorang rabi (guru hukum Taurat). Sebagai seorang anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat Yahudi melalui pendidikan yang teratur di sinagoge setempat. Alkitabnya yang pertama kemungkinan besar adalah Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani.
Sewaktu tinggal di Tarsus, Paulus juga belajar membuat tenda, sebab setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di samping menuntut ilmu. Hal ini sangat bermanfaat bagi Paulus pada kemudian hari, sebab dengan demikian dia sanggup memperoleh nafkah sendiri sewaktu melakukan pekerjaan misionernya.
Di kota Tarsus Paulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa yang bukan Yahudi. Oleh karena itu, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.Dalam sejarah Perjanjian Baru sesudah kebangkitan Yesus, perhatian beralih dari Petrus dan para murid Yesus lainnya kepada seorang tokoh penting lain dalam kehidupan jemaat mula-mula – yakni Paulus, sang Farisi. Paulus bukan satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi ia memang yang paling terkenal. Berbeda dengan banyak orang Kristen Yahudi lainnya, Paulus tidak lahir di Palestina. Sama seperti banyak orang yang bertobat pada hari Pentakosta, ia seorang Yahudi Helenis. Ia berasal dari kota Tarsus di provinsi Silisia, dan dia juga seorang warga negara Roma (Kisah Para Rasul 22:3,27).
  1. c.       Masa muda Paulus
Mungkin sekali ada dua masa yang berbeda dalam kehidupan Paulus sewaktu muda: masa kanak-kanak yang dihabiskannya di Tarsus, dan masa muda serta awal kedewasaan di Yerusalem. Kata “dibesarkan” dalam Kisah Para Rasul 22:3 dapat berarti ketika masih bayi Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem. Tetapi kebanyakan ahli berpendapat hal itu hanya mengacu pada pendidikannya. Paulus pulang ke Tarsus setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul 9:30), jadi kelihatannya kota ini yang dianggapnya sebagai kampung halaman.
  1. Pekerjaan Rasul Paulus sebelum Dia bertobat
  1. Penganiayaan Orang Kristen
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan Kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan Kekristenan ini dengan berkata: “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing.” (Kisah Para Rasul 26:10,11).Paulus adalah seorang yang taat kepada agama Yahudi dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar. Ini terjadi sebelum ia mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus.
  1. Proses pertobatan Paulus
Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa terbesar sejarah Kekristenan. Paulus telah bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan ribuan orang-orang Kristen yang dipenjarakannya. Sekarang ia ada dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah kota penting di Siria, untuk mengusir orang-orang Kristen di sana.    Ada tiga peristiwa dari pengalaman pertobatan Paulus yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali (semua dapat ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul).
Paulus telah membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Kemudian, ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik. Kota Damsyik, kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaannya kepada orang- orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Paulus dan kawan-kawan memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perjalanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini anak muda yang pandai dan penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Mungkin ia mulai meragukan tindakannya. Dia tidak habis berpikir dan tidak mengerti bagaimana Stefanus bisa mati dengan begitu tenangnya. Dia tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus “menutup mata” dengan damai. Paulus merasa bahwa dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi ke Damsyik.
 Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam pewahyuan pada perjalanan ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8).  Dari pewartaan para murid ia sudah tahu bahwa Yesus diimani sebagai Kristus. Justru itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang Kristen, yang dari sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada perjalanan ke Damsyik ia mulai sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi Paulus ini suatu pengalaman batin. Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu Allah sendiri, membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari manusia

BAB III
AMPLIKASI  PERTOBATAN PAULUS DALAM KEHIDUPAN KEKRISTENAN PADA MASA KINI
  1. Menurut Para  Tokoh Gereja
  1. Fr. George T Montague SM,
                  Menjelaskan  tentang otentisitas ajaran Paulus sebagai ajaran yang sungguh berasal dari Kristus, dengan menekankan pentingnya peran pertobatan Rasul Paulus yang disebabkan oleh perjumpaan Paulus secara pribadi dengan Kristus yang telah bangkit. Pertobatan Rasul Paulus ini memang menjadi titik awal yang tidak hanya mengubah kehidupan Paulus secara pribadi, namun juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan seluruh Gereja. Memang Paulus tidak termasuk dalam bilangan keduabelas Rasul yang menjadi saksi bagi karya pelayanan Kristus sejak Kristus memulainya di zaman Yohanes Pembaptis. Namun demikian, Rasul Paulus telah melihat Kristus yang telah bangkit dan bahkan dalam terang kemuliaan-Nya (yang sampai membuatnya buta). Terang kemuliaan ini malah tidak ada dalam penampakan-penampakan Kristus kepada keduabelas Rasul-Nya itu. Maka panggilan kepada Rasul Paulus bersifat profetis, seperti halnya panggilan kepada Nabi Yehezkiel, Yeremia, dan Yesaya. Para Nabi itu juga tidak mengalami kontak langsung dengan Tuhan, sebagaimana yang dialami oleh keduabelas Rasul yang berkontak langsung dengan Tuhan Yesus. Namun para Nabi tersebut juga menuliskan kitab-kitab yang diakui Gereja sebagai tulisan yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, dan menjadi bagian dari Kitab Suci. Maka, seperti juga yang diungkapkan oleh para nabi tersebut, melalui Rasul Paulus nubuatan tentang Hamba Tuhan yang akan mewartakan Kabar Gembira kepada semua bangsa melalui pelayanan pengajaran dan penderitaan, sungguh-sungguh tergenapi Rasul Paulus sendiri mengalami bagaimana iapun turut mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus demi mewartakan Injil ( 2 Kor 4:10-11;6:4-5; 2Kor 11:23-33).
Di awal perjalanan imannya sebagai seorang Kristiani, setelah ia dibaptis di Damsyik,Paulus menarik diri ke daratan Arab (lih. Gal 1:16-). Walaupun alasannya menyepi tidak disebutkan dengan jelas dalam Kitab Suci, namun dapat dimengerti, jika Rasul Paulus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, saat segala nilai-nilai yang sebelumnya dipegang dengan kuat-kuat kini dibalikkan dan diarahkan kepada Kristus (Flp 3:7-12). Sejak masa pertobatannya, Rasul Paulus memiliki pengalaman rohani dengan Kristus yang sungguh mengubahnya menjadi manusia yang baru, yang hidup secara baru (Gal 2:20, Flp 1:21; 3:7-11). Dengan pengalamannya bertemu dengan Kristus di perjalanan ke Damsyik (34 AD) dan pengalaman rohaninya dengan Kristus, Paulus dengan tegas menyatakan bahwa Injil yang diberitakannya itu tidak berasal dari manusia namun berasal dari wahyu Yesus Kristus (lih. Gal 1:11-12). Walaupun kelak dalam perjalanan selanjutnya, pertemuan Paulus dengan para saksi mata kehidupan Kristus tentu meneguhkan kebenaran wahyu yang diterimanya dari Kristus tersebut.
  1. Fr. Fernand Prat SJ
menuliskan empat acuan ayat yang sangat penting, agar kita dapat memahami keotentikan pengalaman Rasul Paulus pada saat pertobatannya, yaitu justru karena sebelumnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan yang karena ketaatannya itu ia menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar menurut hukum taurat: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.” (Gal 1:13-14)…. “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:9)…”…aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” (1 Tim 1:13) …”tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:5-6).
Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga dapat menjadi ungkapan hati kita semua yang mengimani Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)
  1. Pentingnya Pertobatan Dalam Kehidupan Orang Percaya
Panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya memiliki dua tujuan yaitu menjadi serupa dengan Kristus (lahir baru dan bertumbuh) dan menjadi penjala manusia (pemberita Injil). Keduanya harus menjadi satu kesauan yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum bertobat, Paulus giat melakukan pekerjaan Allah menurut pemahamannya sendiri, sehingga ia mengerjakan pekerjaan yang salah. Baru setelah mengalami pertobatan (lahir baru), ia menjadi pemberita Injil yang luar biasa dipakai Tuhan, dan ia menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Penting bagi kita orang percaya untuk melayani Tuhan dengan dasar pertobatan yang jelas, karena tanpa pertobatan sejati, pekerjaan kita akan sia-sia. Kita sudah diselamatkan oleh Tuhan ketika menjadi orang percaya, dan Ia menyelamatkan kita supaya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.
pertemuan Saulus dengan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik adalah awal dari perubahan besar dalam hidupnya, yaitu pembaharuan hidup. Yesus yang selalu dihina oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu telah menjadi Tuhan bagi Saulus yang kemudian diubah namanya menjadi Paulus. Perjumpaan yang memberinya tujuan hidup yang baru, bukan lagi sebagai penganiaya orang percaya, tetapi sebagai pejuang Kristus bagi berita Injil. Perjumpaan dengan Yesus secara pribadi telah mendasari pertobatan Paulus. Ananias pun dipakai Allah untuk mendoakan Paulus supaya dapat melihat kembali dan penuh dengan Roh Kudus.
Perjumpaan seperti inilah yang harusnya didambakan setiap orang percaya, hari demi hari, sepanjang hidupnya. Perjumpaan dengan Yesus haruslah menjadi dasar bagi sebuah pertobatan, bukan alasan yang lain. Pertobatan hanya karena tawaran posisi dalam pelayanan, harta, atau kepentingan pribadi semuanya hanya semu belaka. Namun, jika Yesus yang adalah Tuhan dijadikan dasar bagi pertobatan, maka segala sesuatu akan berujung pada kemuliaan Kristus.
Malam ini mari kita ingat kembali, sudah benarkah dasar pertobatan kita? Apakah kita mengikut Dia karena telah mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi? Apakah pertobatan kita benar-benar berdasarkan Yesus atau yang lain? Mari belajar untuk mengikut Dia dengan setia. Jadikan Yesus sebagai dasar pertobatan dan dasar dari segala sesuatu yang kita lakukan. Pahamilah kehendak- Tuhan dan hiduplah di dalamnya supaya melalui hidup kita, berita tentang kasih dan kebaikan-Nya sampai kepada bangsa-bangsa.
Ketahuilah ini, bahwa”manusia lama” dari orang yang telah bertobat telah disalibkan bersama Kristus, sehingga sejak sekarang mereka tidak lagi melayani dosa – karena ia telah mati dan telah dibebaskan dari dosa (band Roma 6:4-7). Selanjutnya orang-orang yang telah bertobat melayani Tuhan dalam roh yang baru (Roma 7:6). Tetapi dalam kasus adanya beberapa keraguan dalam pikiran Anda, Penulis akan memberikan beberapa point yang menunjukkan perlunya pertobatan.

a)      Pertobatan adalah alasan utama Kristus datang kedalam dunia untuk memberikan, untuk membawa orang-orang berdosa yang jahat kepada Allah. Apakah Anda berpikir bahwa Kristus datang untuk melakukan seseuatu yang tidak perlu? Sama halnya penderitaan-Nya untuk membayar dosa-dosa kita, sehingga ajaran dan Roh-Nya perlu untuk pertobatan kita. Kita tidak dapat diselamatkan selain melalui pertobatan. Mungkinkah Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia dengan tujuan memanggil pulang orang-orang berdosa, jika mereka dapat diselamatkan tanpa melalui pertobatan? Tuhan Yesus adalah ahli fisika yang agung tentang jiwa. Ia datang bukan untuk menyembuhkan penyakit ringan yang dapat disembuhkan tanpa Dia. Ia datang untuk menyembuhkan kutuk dosa yang merusak, yang mana tidak ada yang dapat menyembuhkannya selain Dia. Tidak pernah ada di dalam pikiran Kristus bahwa Ia atang untuk menderita demi menebus dosa-dosa kita, dan kemudian membiarkan kita terus hidup di dalam dosa tanpa adanya suatu perubahan. Ia tidak pernah berpikir untuk membawa manusia ke sorga bersama dengan dosa-dosa mereka, tetapi ia membinasakan dosa-dosa mereka, karena itu tidak layak untuk masuk ke dalam sorga. Ia tidak pernah bermaksud untuk membawa Anda bersama penyakit (dosa) Anda ke dalam Sorga, tetapi sebelumnya Ia menyembuhkan penyakit Anda, karena jika tidak itu akan merusak Anda. Bukankah penghujatan yang lebih besar dari menentang Kristus adalah mempertemankan Dia dengan dosa yang sangat Ia benci? Bukankah penghujatan yang lebih besar adalah dengan membayangkan bahwa Kristus berdiri bersama Setan dan memperkuat kerajaan Setan yang mana misi sejati-Nya adalah justru untuk membinasakannya? Selanjutnya, Kristus datang untuk mempertobatkan manusia, dan bukan untuk mengampuni siapapun tanpa pertobatan. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). “yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita,” bukan mengampuni dan menyelamatkan tanpa mempertobatkan kita, tetapi “untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Titus 2:14). Dari ayat-ayat ini Anda dapat melihat bahwa pertobatan adalah kebutuhan mutlak jika Anda berharap untuk diselamatkan.

b)      Pertobatan adalah hal yang paling utama di seluruh Alkitab, mempertobatkan manusia dari dosa dan memimpin kepada Tuhan, dan membangun mereka yang telah bertobat. Dan apakah Anda berpikir bahwa Tuhan mungkin menjadikan pertobatan sebagai topik utama dalam Firman-Nya  ini tidak penting atau diperlukan? Jika seseorang dapat diselamatkan tanpa pertobatan, mengapa Tuhan menginspirasikan kepada para nabi dan rasul untuk menyampaikan Firman-Nya dengan tujuan mempertobatkan manusia dan membangun mereka yang telah bertobat? Haruskah Tuhan melakukan semua hal yang ada di dalam Alkitab untuk sesuatu yang tidak perlu atau penting? Inilah tujuan utama Firman Allah: “Taurat TUHAN itu sempurna, mempertobatkan jiwa” – KJV (Mazmur 19:7). Dan lagi bukankah Alkitab menyerukan kepada orang-orang berdosa untuk bertobat dan berbalik kepada Kristus? Ada ratusan ayat di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa tujuan utama Kitab Suci adalah memimpin orang-orang berdosa datang kepada Kristus (band. Yehezkiel 33:11; Yesaya 31:6; 59:20-21; Yeremia 3:7; Amsal 1:23; Yoel 2:12-13; Yunus 3:8; Acts 3:19; dll).

c)       Pertobatan adalah tugas panggilan para pelayan Injil, yaitu mempertobatkan manusia kepada Kristus. Mengapa Tuhan memanggil orang-orang untuk memberitakan pertobatan jika pertobatan itu tidak perlu atau tidak penting? Yohanes Pembaptis mulai mengkhotbahkan pertobatan. Kristus mengikuti jejaknya, yaitu mengkhotbahkan tentang pertobatan yang sama (Lukas 13:3-5). Rasul-rasul mengikuti-Nya, yaitu mengkhotbahkan berita pertobatan yang sama, yang mana tanpa pertobatan tidak ada keselamatan (Kis. 2:38; 8:22). Mereka menjelaskan kepada kita, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kisah 17:30). Pekerjaan Paulus adalah untuk menunjukkan kepada manusia bahwa mereka “mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kisah Rasul 26:20). Dan “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa” (Kisah 26:18). Substansi dari khotbah Paulus adalah, “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kisah Rasul 20:21). Setiap pelayan Injil harus “dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (II Timotius 2:25-26). Jadi, tugas utama seorang pengkhotbah adalah mempertobatkan manusia kepada Kristus.

d)      Orang Kristen harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan. Akankah Allah mengatakan kepada kita tentang ini jika ada cara lain untuk memperoleh keselamatan? “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:3). Yakobus berkata, “Jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.” (Yakobus 5:19-20)
Perhatikanlah semua ini, dan putuskan apapun itu Allah tidak akan mengutus jemaat-Nya untuk memberitakan berita pertobatan kepada orang berdosa, jika memang ada cara lain untuk menyelamatkan mereka. Mungkinkah Kristus sendiri datang untuk mempertobatkan manusia jika mereka tidak memerlukan itu? Mungkinkan Firman Tuhan, Alkitab, telah memberikan alasan ini  yaitu mempertobatkan manusia? Mungkinkah para nabi dan para rasul serta para pemberita Injil diutus untuk menyampaikan berita pertobatan? Mungkinkah ini menjadi tugas setiap orang Kristen untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan pertobatan, jika ada cara lainnya untuk diselamatkan tanpa pertobatan?.
 
BAB  IV
KESIMPULAN
Penulis Beranggapan bahwa Kita dipanggil untuk melibatkan diri dalam proses pertobatan secara terus-menerus, sepanjang hidup kita. Ingatlah apa yang berulang kali dipesankan oleh Lukas, yaitu bahwa pertama-tama pertobatan adalah suatu tanggapan terhadap kegiatan ilahi dalam diri kita masing-masing. Pertobatan adalah suatu pengakuan akan kedosaan kita, juga suatu pengakuan akan kebutuhan mendalam dari kita akan Allah. Akhirnya pertobatan berarti bahwa kita menaruh kepercayaan pada Allah sepenuhnya dan pergi ke mana saja Dia akan memimpin kita. Kita sungguh bertobat apabila kita berdoa dengan segala ketulusan hati seperti Yesus sendiri berdoa: “Jangan kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42).
Dalam hal ini juga bahwa Rasul Paulus adalah pengajar yang sangat kerhasil sebagai murid Tuhan Yesus ia mengajarkan bagaimana cara melakukan pemuridan dan mendampingin setiap murid dan jemaat untuk bertumbuh, Rasul menggunakan metode dalam memberitakan kebenaran Tuhan, ia mengajarkan kepada murid untuk memberitakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus untuk memberitakan Firman hingga keseluruh Dunia dan selalu bertekun dan bersabar dalam pelayanan karena Roh Kudus akan tetap menyertai  kita dan memampukan kita, ketika kita belajar tentang pemuridan Rasul Paulus yang telah membawa banyak perubahan tentang pengenalan Kristus dari Jemaat mula-mula hingga para murid hingga sekarang, saat ini kita diwajibkan untuk memberitakan amanat agung, karena kita sebagai anak-anak Allah dan tidak berputus asa dalam pelayanan, Rasul Paulus mengajarkan kepada kita untuk selalu menjadi teladan bagi orang lain lewat tutur  kata dan tingkah laku kita dan mengandalkan Tuhan dalam setiap kita melakukan pemuridan, Rasul Paulus juga belajar dari orang lain yaitu Barnabas dan murid Tuhan Yesus yang lain hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu belajar tidak hanya terbatas pada kemampuan tetapi selalu berdampingan dengan murid yang lain dan mau dipimpin oleh orang lain, sebelum kita memuridkan dan memimpin orang lain terlebih dahulu kita dapat memimpin dan mengendalikan diri kita dengan mau bertobat dan merendahkan diri dihadapan Tuhan sama ketika Rasul Paulus bertobat dan mendapat Tuntunan Tuhan.

By:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you have visited