Jumat, 18 November 2016

NTT Menanti Ansy Lema


sergapntt.com, KUPANG –  Desember 2015 kemarin, anak muda berbakat ini  baru saja memutuskan untuk maju sebagai Calon Wali Kota Kupang periode 2017-2021. Banyak yang bertanya-tanya, motivasi apa dia maju?
Hasil gambar untuk ansy lemaBahkan ada yang memberi warning agar dia bersabar, menunggu lima tahun lagi, setelah kepemimpinan hasil Pilkada 2017. Tapi apa jawabannya? Oh tidak. Kali ini saya harus maju! Motivasinya apa? Ya sebagai putra kelahiran Kota Kupang, dia ingin mewujudkan Kota Kupang menjadi kota yang cerdas (Smart City) lewat smart leader (Kepemimpinan Cerdas), smart bureaucracyi (Birokrasi Cerdas), dan smart people (Orang/Masyarakat Cerdas).
Bagi Ansy, sudah saatnya Kota Kupang memiliki kepemimpinan yang cerdas dan birokrasi cerdas. Kenapa birokrasi mesti cerdas? Karena birokrasi merupakan urat nandi pelayanan publik. Dengan begitu akan melahirkan individu-individu cerdas. Jika sudah demikian, maka akan melahirkan  kehidupan kota yang cerdas.
“Pemerintah adalah agen pembangunan, agen pelayanan publik dan agen pemberdayaan masyarakat. Karena itu kita mesti memiliki birokrasi yang smart. Postrur birokrasi harus profesional. Kalau sudah smart leader dan smart bureaucracyi, maka akan melahirkan smart people. Ujungnya akan melahirkan kehidupan yang smart. Kalau sudah begini, warga atau penduduk kota akan hidup tertib,” ujar Ansy saat bincang-bincang dengan sergapntt.com di Kupang, Selasa (1/3/16).
Ansy menjelaskan, Kupang Smart City mengharuskan adanya pemimpin yang cerdas yang mampu mentransformasi birokrasi pemerintahan menjadi birokrasi cerdas, efektif, efesien dan berorientasi pelayanan, serta menginsprasi bagi tumbuhnya masyarakat yang cerdas .
Sebab Kupang Smart City adalah sinergi atau kerja bersama antara Pemimpin Cerdas, Birokrasi Cerdas dan Masyarakat Cerdas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi untuk menata dan mengelola pemerintahan demi kehidupan bersama.

“Mari bersama turun tangan, bergandengan tangan, berinisiatif bekerja keras wujudkan Kupang yang makin sejahtera, mandiri dan nyaman. Masa depan Kupang ditangan ketong semua,” ajak Ansi.


Bahkan tahun 2010, Ansy bergabung bersama Ahok di Center For Democracy and Transparency (CDT) atau lembaga yang dijadikan tempat kajian dan riset opini publik tentang pemilihan umum di tingkat nasional dan pemilihan umum di daerah-daerah. “Di organisasi ini saya menjabat sebagai Direktur Riset,” kata Ansy.Kehadiran Ansy di gelanggang Pilkada kali ini juga mendapat suport dari Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Maklum Ansi dan Ahok merupakan sobat karib sejak Ahok hijra dari Bangka Belitung ke Jakarta.
Selain melakukan riset, CDT juga berperan sebagai agen untuk munculkan anak muda-anak muda atau individu yang bersih, transparan, dan profesional untuk dipromosikan menjadi kandidat pemimpin. Tidak hanya vokal dan berani, lembaga ini juga memiliki kemampuan mempromosikan kinerja kepemimpinannya dan melengkapi dengan perangkat metodologis ilmiah yang akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusannya.
Selama ini masyarakat kurang tahu tentang CDT. Karena CDT lebih dikenal sebagai Ahok Center.

“Sekali waktu pak Ahok bilang ke saya, Ansy… lo kan dosen. Jadi dosen itu gampang. Lu baca buku, lalu lu ngajar. Materinya itu-itu saja. Ya karena mahasiswa gak ada yang kritis, paling 2-3 orang saja. Terus,  lu juga kan pengamat politik. Lu ngomong sampai mulut babusa, ga bakalan berubah. Lo mesti memiliki power politik. Pulanglah ke NTT, ambil salah satu daerah, majulah disana, dan buatlah perubahan. Inilah salah satu bentuk dukungan pak Ahok ke saya. Karena itu, di baliho saya ada gambar pak Ahok,” papar Ansy.

Lalu partai apa yang akan anda pakai di Pilkada kali ini? “Oh saya ini bukan orang partai politik. Saya ini hanya mantan wartawan, seorang dosen dan pengamat politik. Saya akan menggunakan jalur independen,”  kata pengamat politik yang sering tampil di Metro TV, TV One dan CNN Indonesia itu.
Ansy yakin, dirinya bakal sampai ke laga final Pilkada. Sebab, baginya Kota Kupang bukan milik etnis tertentu atau agama tertentu. Yang masyarakat kota butuhkan adalah pemimpin yang bisa merubah kehidupan kota menjadi lebih baik.
“Saya pernah diskusi dengan beberapa teman. Mereka bilang ke saya, Ansy lu ga bisa jadi Wali Kota, karena lu berasal dari kaum minoritas. Terus saya bilang ke mereka, pemahaman kayak begini tidak beda jauh dengan FPI (Front Pembela Islam). Pak Ahok itu dari Beliting Timur hijrah ke Jakarta, tapi dia diterima jadi Gubernur DKI. Karena apa? Karena dia menawarkan perubahan, dan itu terwujud. Kenapa kita disini masih ada yang berpikir seperti FPI? Tapi  saya yakin, itu hanya segelintir! Karena mayoritas warga kota sudah cerdas dalam memilih,” ucapnya. (CIS)
BIODATA
  • Nama Lengkap                  : Yohanis Fransikus Lema, S.IP, M.Si
  • Nama Panggilan                : Ansy Lema
  • TTL                                         : Kupang 27 Maret 1976
  • Pekerjaan                           : Dosen, Pengamat Politik Nasional, Kolumnis
  • Riwayat Pendidikan        : SD Katolik St Yoseph IV Naikoten Kupang (Tamat Tahun 1988)
    • SMP Seminari Pius XII Kisol (Tamat Tahun 1991)
    •   SMA Katolik Syuradikara Ende (Tamat Tahun 1994)
    •   FISIP Universitas Nasioanal (Unas), Jakarta (Tamat Tahun 1999)
    •   Program Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia (UI) (Tamat Tahun 2004)
  • Pengalaman Organisasi : Sekjen PMKRI Jakarta Timur 1998 -1999
    •  Presidium Pengurus Pusat PMKRI tahun 2000-2002
    •  Pendiri Forkot (Ferum Kota), Elemen Gerakan Mahasiswa anti Soeharto
    •  Pendiri Famred (Forum Aksi Reformasi dan demokrasi)
  • Riwayar Pekerjaan          : Dosen FISIP Universitas Nasional, Jakarta tahun 2004 – sekrang
    •   Dosen tidak tetap FISIP Universitas Budi Luhur, Jakarta tahun 2006 – 2011
    •   Dosen tidak tetap FISIP universitas Paramadina tahun 2008-2010
    •   Staf Ahli DPR RI tahun 2004-2009
    • Wartawan Flores Pos Biro Jakarta 1999-2000
    • Peneliti Lepas Formappi (Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia) tahun 2005-sekarang
    • Koordinator Divisi Kajian Politik CDT 2010 – sekarang
    • Presenter Berita Politik dan Pemandu Dialog Politik Stasiun TVRI Pusat Jakarta tahun 2006-2014
    • Pemandu Dialog “Perspektif Baru”bersama Wimar Witoler sejak tahun 2009-sekarang
    • Directur Eksekutif Delibersasi Institute tahun 2014-sekarang

Staf Ahli AHOK Datang Dari Timor

JURNALTIMUR--Ternyata di belakang panggung politik Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ada pembisik sekaligus pembelanya yang berasal dari negeri Timur Indonesia. Dialah Kamilus Elu. Tamatan Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta ini lahir di Kefa, Timor Tengah Utara (TTU).


Ketika berada di kompleks perkantoran DKI seminggu lalu, JurnalTimur sempat terkejut bahwa di barisan staf ahli Ahok, ada putra Nusa Tenggara Timur. Saat itu, sosok itu tampak sibuk menerima aduan masyarakat.


“Mereka yang datang, adalah dari berbagai lapisan masyarakat. Ada juga orang miskin. Ada yang ingin mendapat unit di rumah susun (Rusun),” ujar Kamilus Elu di Kompleks Perkantoran DKI, Blok G, seminggu silam. 


“Gubernur Ahok, menugasi saya untuk mendengarkan dan mencatat pengaduan masyarakat. Jika masyarakat ingin diadvokasi maka kami siap membantu. Tetapi pengaduannya tidak rasional dank arena kesalahan pribadi bersangkutan, maka menurut Pak Ahok, sebaiknya tidak diladeni,” imbuh Kamillus. 


Kamilus mengaku, ia direkrut oleh Ahok sejak mantan Bupati Belitung Timur itu menjabat anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. “Saya merasa seperti mukjizat bahwa saya dipercayakan Pak Ahok sebagai staf ahlinya,” ujar Kamillus.



Kamilus juga mengakui bahwa di belakang panggung, Ahok hanya mempunyai dua staf ahli yakni dirinya dan Sunny yang akhir-akhir ini menjadi sorotan media. “Ahok tidak mempunyai staf ahli bidang komunikasi. Hanya ada bidang politik yang digawangi Sunny dan saya mengkoordinir di bidang Hukum dan pengaduan masyarakat,” jelas Kamillus. 


Dan kepada JurnalTimur, Kamilus mengakui ia Sunny tidak mendapat gaji dari APBD. Ia mendapat gaji dari kantongnya Ahok, sedangkan Sunny mendapat gaji dari kantor lain, tempat Sunny bekerja. “Maka jam kerja kami pun lebih banyak ketimbang PNS lainnya. PNS bisa pulang kerja jam 16.00, sedangkan kami bisa lebih dari itu,” imbuhnya. 

Walaupun begitu ia bangga menjadi bagian Ahok karena bisa bekerja dalam system yang terbuka dan diajarkan untuk selalu jujur. (fadli)


Sumber:jurnaltimur.com