Kamis, 22 Desember 2016

Cagar Alam Gunung Mutis

Ketika banting haluan dan memutuskan untuk kembali ke kota Kupang (Timor - NTT) sudah ada dibenak dan pikirin harus mendaki yang namanya Gunung Mutis tepatnya di daerah Soe. Kala itu 3 hari setelah kecelakaan motor yang yang saya alami lumayan parah, tidak jadi halangan bagi saya, tekad saya suadah bulat tetap harus melangka mengunjungi puncak GunungMutis, walau rekan tempat saya menginap sempat melarang kepergian saya. Apa boleh buat tekad sudah bulat pendakian akan saya lakukan walau hanya ditemani seorang guide. Suhu udara di Soe tepatnya di kaki pegunungan Mutis sangatlah dingin, ini satu-satunya tempat dingin ketika kamu datang mengunjungi Pulau Timor, karena sebelumnya ketika ke Rote suhu udara mencapai 37-38 derajat celcius pada siang hari dimana tanah karang terdapat diseluruh NTT.

Saya tiba sore hari di Desa Fatumnasi, desa terakhir dan pintu gerbang menuju pendakian Gunung Mutis. setelah perjalanan yang lumayan panjang dari Kupang akhirya sampai juga di desa ini. Setelah sampai di homesaty Mutis dan bertemu Pak Anin sang pemilik dan berbincang bagaimana izin untuk melakukan pendakian, di gunung mutis kamu harus mendaki dengan ditemani guide perhari Rp. 100.000/hari. Menginap di rumah Pak Anin ini Rp. 100.000/malam dengan mendapat 3 kali makan, Penginapan yang sederhana dengan rumbai-rumbai dan bangunan kayu serta kehidupan masyarakat Fatumnasi yang sangat sederhana kunikmati saat itu, bermain bersama anak-anak sekitar. 

Jika kamu datang ke Mutis dijamin tak akan berani mandi karena udara yang sangat dingin beda sekali ketika di Atambua saya bisa mandi 4 kali sehari karena panasnya.


Pemandangan sore depan homestay mutis Desa Fatumnasi Soe Timor Tengah Selatan NTT


  

Jalan kerikil menuju pintu pendakian Mutis, masih 1 jam lagi menuju jalur pendakian dari sini..













Setelah berbincang panjang lebar dengan Pak Anin, dan ternyata pendakian Mutis tidak bisa dilaksanakan sore hari yang hujan akhirnya kuputuskan esok hari saja. Kemudian meminta izin untuk beristirahat setelah makan.
Pukul 7 (tujuh) pagi saya sudah siap melakukan pendakian, sambil menunggu Pak Matheus sang guide saya sarapan dulu untuk tenaga kata Pak Anin, 30 menit kemudian sang guide pun tiba langsung saya dibonceng dengan motornya menuju jalur pendakian mutis, walau banyak rintangan karena jalur yang becek dan bebatuan yang lumayan terjal sesekali saya turun dari motor karena ban motor yang masuk kedalam lumpur, tapi subhanallah pemandangan sekitar Mutis luar biasa seperti di film twilight pikirku, walau saya tidak begitu suka dengan film tersebut hanya suka hutan-hutanya saja. Perjalanan  1 jam dengan motor sebelum jalur pendakian lumayan melelahkan juga ternyata, harus turun naik dari motor, sebelum jalur pendakian niscaya kamu akan takjub kita melihat sabana yang luas dengan pemandangan yang luar biasa.

Pepohonan yang mengiringi perjalanan saya menuju Mutis






Sabana Gunung Mutis dengan sapi-sapi dan kuda-kuda yang sedang bermain..





Pemandangan di Puncak Sabana Mutis, nampak bagai negeri diatas awan





Sumber: dari teman-temanku yang berhasil sampai puncak Mutis 2.427M

Objek wisata di Timor Tengah Selatan (TTS)


Air Terjun Oehala




Kabupaten TTS mempunyai objek wisata yang sangat indah dan unik yaitu Air Terjun Oehala. Dikatakan sangat indah karena air terjuna oehala masih sangat alami, asri, sejuk dan bersih dan keunikannya adalah air terjun ini bertingkat tujuh. Setiap akhir pekan atau liburan banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ada di kota soe maupun diluar kota soe.

Air terjun ini menyimpan keindahan yang luar biasa dan dikelilingi dengan pepohonan yang cukup tinggi dan rindang yang menambah kesejukkan di tempat ini. Banyak wisatawan yang datang untuk mandi atau sekedar berfoto maupun duduk menikmati keadaan alam disekitar air terjun. Air terjun Oehala berjarak 10 km arah utara kota Soe dan dapat ditempuh ± 15 menit dengan menggunakan mobil rental, angkutan pedesaan maupun motor ojek dengan harga yang terjangkau.


Pantai Kolbano

Pantai kolbano merupakan salah satu objek wisata pantai yang cukup indah yang di punyai kabupaten TTS maupun provinsi NTT. Dimana pantai ini masih sangat asri dan alami dan menyajikan pesona pantai yang sangat indah dan pantai ini terkenal dengan kerikil seribu warna dimana banyak wisatawan yang datang berkunjung

untuk mengambil kerikil berwarna untuk dipakai menghiasi rumah maupun taman. Saat ini kerikil berwarna ini sudah sangat terkenal dan sudah dieksploitasi dan sudah dikirim keberbagai daerah. Tetapi banyak wisatawan yang tidak bisa menikmati atau mandi di pantai kolbano disebabkan arus atau gelombang yang cukup besar dan kedalamannya yang cukup curam.
Dipantai kolbano juga terdapat sebuah bongkahan batu besar berbentuk seperti kepala singa atau kepala manusia yang disebut Fatu Un dan menjadi keunikan tersendiri. Pantai Kolbano berjarak ± 80 km arah selatan Kota Soe dan dapat ditempuh ± 1,5 jam s/d 2 jam dengan menggunakan angkutan umum, rental mobil maupun motor ojek.

Pantai Oetune


PANTAI Oetune memiliki sedikit keunikan. Menurut beberapa pengunjung yang datang di sana, Pantai Oetune lebih baik daripada Pantai Kuta di Bali dan Pantai Senggigi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Bedanya, Pantai Kuta dan Senggigi sudah sangat terkenal karena dikelola secara profesional. Sementara Pantai Oetune di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan masih dibiarkan alami. Untuk sampai ke Pantai Oetune, dibutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam perjalanan dari Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski demikian, perjalanan berkelok-kelok, naik turun bukit dan lembah, tidak membuat lelah. Pemprov NTT, melalui alokasi dana APBN, telah memperbaiki jalan menuju lokasi tersebut.

Maklum, Pantai Oetune merupakan pantai selatan. Untuk menuju lokasi itu, pengunjung harus melintasi jalur lintas selatan yang diresmikan Presiden Soeharto awal 1990-an. Kondisi jalan yang mulus dan lebar memudahkan siapa saja bisa sampai ke lokasi wisata yang belum lama terkuak ke publik itu. Memasuki gerbang menuju Pantai Oetune, tampak beberapa lopo (rumah khas warga Kabupaten TTS) berjejer rapi di antara pohon lontar dan kasuari (casuarina equasetifolia). Jumlahnya lebih kurang 7–9 lopo dengan satu lopo induk di tengah.
Di belakang deretan lopo terdapat pohon lontar yang niranya belum digarap. Sementara itu, di sepanjang batas pantai berdiri pohon kasuari yang diperkirakan berusia belasan hingga puluhan tahun. Dilihat dari posisinya, pohon itu tidak tumbuh alamai, namun ditanam masyarakat setempat. Pohon-pohon itu tumbuh rapi berjarak enam meter hingga delapan meter.
Di antara pohon-pohon kasuari itu, pemerintah setempat menempatkan bangku-bangku yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk duduk sambil memandangi luasnya pantai selatan. Sementara itu, di antara lopo dan rimbunnya pohon lontar tumbuh rumput hijau. Di lokasi objek wisata itu juga dibangun sarana MCK (mandi, cuci, dan kakus) permanen dan terdapat satu unit sumur air tawar. Sayang, tidak ada petugas yang menjaga sehingga MCK itu tidak terawat. Pemkab setempat mungkin belum berpikir untuk menarik PAD dari objek wisata tersebut sehingga tempat itu dibiarkan apa adanya.

Anda yang baru pertama ke lokasi wisata itu jangan lupa untuk membawa perbekalan yang cukup. Sebab, di objek wisata itu belum ada warung. Yang ada hanya kelapa yang dijajakan warga setempat dan juga jagung goreng yang dijajakan anak-anak yang tinggal tidak jauh dari lokasi wisata itu. Ada juga kios-kios kecil yang menjajakan sejumlah makanan instan.
Di sini (Oetune, Red) kami hanya jual kelapa muda. Anak-anak yang bawa jagung goreng untuk dijual. Kalau mau cari warung, harus keluar lagi ke jalan besar (trans-Kolbano, Red),’’ ungkap Petrus, salah seorang penjual kelapa di lokasi itu. Menurut dia, setiap akhir pekan banyak orang yang mengunjungi pantai tersebut. Masyarakat yang datang, tambah Petrus, mengaku senang karena pantainya bagus. Gulungan ombaknya susul-menyusul empat kali dalam semenit semakin membuat pantai tersebut tidak bisa dilupakan. Pasirnya pun putih halus dan nyaman sekali waktu ditapaki.
Tidak cuma itu, Pantai Oetune meliki sedikit keunikan. Di pasir yang membentang, terdapat corak seperti orang membatik yang terbentuk dari butir-butir pasir.
Para pengunjung yang datang penasaran dengan corak itu, mereka sampai-sampai menunduk dan mengamati apa yang membentuk corak tersebut. Maklum, corak yang ada bukan hanya satu atau dua, tapi bersebar di sepanjang pantai. Untuk Pemkab TTS juga Pemerintah Kecamatan Kualin, objek wisata tersebut adalah aset berharga yang bisa mendatangkan banyak uang. Bergantung bagaimana mengelolanya.

Pantai ini masih sangat asri dan alami dan pantai landai berpasir putih sepanjang puluhan km, dengan gulungan ombak 4-7 gulungan yang cocok untuk selancar dan saat ini sudah banyak wisatawan baik dari Kabupaten TTS maupun dari luar.

Dan pada akhir pekan maupun liburan banyak dikunjungi wisatawan atau sekedar rekreasi keluarga saat ini dipantai Oetune sudah dibangun fasilitas-fasilitas pendukung seperti lopo-lopo atau pondok berteduh. Pantai Oetune berjarak 70 km arah Selatan Kota Soe dan dapat ditempuh ± 1,5 jam dengan menggunakan mobil rental, angkutan pedesaan maupun motor ojek.

Gunung Marmer Fatumnasi




Kabupaten TTS memiliki taman wisata fatumnasi yang sangat indah dan masih sangat alami dan asri. Fatumnasi menyajikan panorama alam pegunungan yang sangat mempesona dimana udaranya yang sangat sejuk dan sangat nyaman.

Selain panorama pegunungan yang sangat mempesona wisata juga menyajikan wisata tumbuhan yang sangat langka yaitu Bonsai alam yang berumur sudah ratusan tahun yang tumbuh secara alami yang batang dan dahannya yang berlumut yang menyajikan pesona yang sangat indah untuk diabadikan.
Dan juga sederatan gunung batu yang mempesona dan sangat indah seperti Fatu Kolen, Benteng Dua Putri, Fatu Nausus dan Fatu Taapan. Taman wisata Fatumnasi berjarak 35 km kearah Utara dari kota Soe dan dapat ditempuh ± 40 s/d 50 menit dengan menggunakan angkutan umum, rental mobil maupun motor ojek.

Bukit Fatukopa


Merupakan batu karang yang besar dan berbentuk seperti kapal karam yang dianggap sebagai bahtera Nabi Nuh pada zaman dahulu yang karam. Tempat ini masih sangat alami dan asri dan jarang terjamah. Tempat ini sangat unik karena seperti sebuah kapal.
Fatukopa berjarak 57 km arah Timur Kota Soe dan dapat ditempuh ± 1 jam dengan menggunakan mobil rental, angkutan pedesaan maupun motor ojek.



Sonaf Amanuban


Sonaf Amanuban Merupakan pusat Kerajaan Amanuban pada zaman dahulu dan kompleks kuburan Raja-raja Nope diantaranya kuburan Bill Nope Pahlawan Nasional. Istana ini masih dilestarikan sampai sekarang dan dipakai oleh keturunan dari Raja-raja Nope untuk berkumpul. Merupakan pusat Kerajaan Amanuban pada zaman dahulu dan kompleks kuburan Raja-raja Nope diantaranya kuburan Bill Nope Pahlawan Nasional. Istana ini masih dilestarikan sampai sekarang dan dipakai oleh keturunan dari Raja-raja Nope untuk berkumpul.
Didalam istana ini terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah Kerajaan Amanuban. Istana Raja Amanuban terletak di Kelurahan Niki-Niki, Kecamatan Amanuban Tengah 27 km arah Timur Kota Soe dan dapat ditempuh ± 40 menit dengan menggunakan rental mobil, angkutan pedesaan maupun motor ojek.

Pegunungan Fatunausus


Batu besar berbentuk candi, merupakan tempat persembahyangan bagi masyarakat suku Mollo, yang berdomisili di sekitar batu tersebut dan juga merupakan Sonaf atau pusat Kerajaan Mollo. Dari ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, anda disuguhkan panorama alam pegunungan dan alam lembah yang sangat indah, dengan tiupan angin kencang membawa kabut seakan membawa anda merasakan suasana seperti di Eropa,
sehingga seorang wisatawan perna bersaksi bahwa untuk merasakan suasana Eropa anda tidak perlu jauh-jauh ke Belanda atau ke Jerman, datanglah ke Fatunausus saja. Dalam perjalanan ke Fatunausus anda disuguhkan pula dengan pemandangan hutan yang ditumbuhi dengan tanaman eucaliptus alba dan eucaliptus europhila, dan kawanan hewan berupa sapi dan kuda berlari manja di padang, menambah suasana yang sangat atraktif.

Pusat Kerajaan Mollo (Sonaf Aijobaki) 


Dalam perjalanan ke Fatunausus, anda bisa singgah sebentar di Sonaf Aijaobaki, pusat kerajaan Mollo. Di tempat ini, anda dapat menyaksikan bekas peninggalan kerajaan Mollo dengan raja yang berkuasa pada saat itu yaitu Raja Oematan, Istana raja dan berbagai pernak-pernik peninggalan kerajaan. Sambil menikmati hidangan ringan, anda disuguhkan pula dengan atraksi seni budaya berupa Tarian Giring-giring (Sbo Bano)


Pentas Tarian Giring-giring (Sbo Bano)

Tarian ini adalah sejenis tarian perang. Hal yang membedakan tarian ini dengan tarian perang Ma,ekat, adalah tarian sbo bano menggunakan aksesoris berupa giring-giring (bano) yang diikat pada kaki, sehingga pergerakan para penari diiringi pula dengan bunyi giring-giring tersebut. Sbo Bano merupakan tarian khas masyarakat bekas swapraja Mollo.


Upacara Adat Poit Pah
Upacara adat syukuran panen ini, biasanya dilakukan oleh orang Timor dalam memasuki musim panen, bersyukur kepada Allah sang
pemberi rejeki atas hasil panenan yang melimpah sembari memohon berkat atas tanaman untuk musim tanam mendatang. Prosesi upacara adat ini, diawali dengan doa yang dilakukan oleh tetuah yang telah ditunjuk (Ana,am Nes).Korban-korban berupa ternak sapi dan babi serta hulu hasil yang telah disiapkan didoakan dan kemudian dipersembahkan pada mesbah yang terbuat dari batu besar. Darah sembelihan kemudian diperciki pada hulu hasil yang ada.

  Gunung Mutis di saksikan dari kilo 12. Salah satu titik pengamatan yang strategis untuk menikmati pesona alam di Kabupaten Timor Tengah Selatan (dok.pri) Pada rumput hijau yang luas dengan kontur berbukit. Tumbuhan berumur ratusan tahun masih kokoh berdiri. Sapi dan kuda berkeliaran kesana kemari untuk mencari rumput yang segar. Diantara ranting-ranting pohon, kicau burung bersahutan. Akhirnya semua pelan-pelan tertutupi halimun tipis Gunung Mutis. Gunung Mutis berjarak sekitar 40Km sisi utara Kota SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur adalah titik tertinggi di Pulau Timor. Perjalan kesana, teringat negeri para higlander di benua eropa. Pohon-pohon dengan diameter 2 pelukan manusia kokoh berdiri. Lumut janggut (Usnea barbabata) menggelayut mengikuti arah angin. 13765330282114426048 13765330282114426048 Hutan bonsai, begitu kata orang untuk menyebut bentuk pepohonan berusia ratusan tahun (dok.pri). Hutan bonsai, begitu masyarakat sekitar menyebut untuk kawasan hutan di Gunung Mutis. Eucalyptus alba atau Minyak Kayu Putih mendominasi di hutan ini. Kayu dengan warna kulit putih begitu kontras dengan hijaunya rerumputan. Kawasan yang dikelola perhutani masih sangat terjaga keasriannya. Sepertinya tak ada tangan jahil yang mencoba mengusik apa yang ada disana. Hanya sapi dan kuda saja yang dilepasliarkan untuk mencari makan setiap harinya. 13765330901622726638 13765330901622726638 Akses menuju kawasan hutan Gunung Mutis sangat mudah, karena akses jalan sudah ada. Beberapa penduduk memanfaatkan kekayaan hutan untuk mendapatkan kayu bakar (dok.pri). Akses menuju Gunung Mutis, sangat mudah karena akses jalan sudah ada. Jika dari Kupang langsung menuju SoE ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan yang berjarak 100Km dengan waktu tempuh 2 jam. Dari SoE langsung menuju Kecamatan Molo lalu dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi dengan jarak temouh sekitar 40Km selama 2,5jam. Hutan Ampupu, sebutan lain untuk kayu putih. Gunung setinggi 2427mdpl sangat eksostis pemandangannya. Dari KM12, yakni sekitar 4Km dari Desa Binau di Molo Utara menjadi titik yang indah untuk mengamati GUnung Mutis dari kejauhan. Bukit menghijau dengan lembah yang bergelombang menambah pesona pulau timor. 13765331561424649468 13765331561424649468 Sapi dan kuda di lepas liarkan untuk mencari makan sendiri di padang rumput. Sebuah pemandangan yang jarang kita dapatkan di daerah lain. Mirip negara-negara Eropa, tetapi ini Indonesia (dok.pri). Masuk di desa Fatumnasi, akan langsung berhadapan dengan pohon-pohon besar di sisi kanan kiri jalan. Acapakali akan berpapasan dengan penduduk lokal yang mencari kayu bakar dari sisi pohon yang telah mengering. Hutan yang lebat tak seperti hutan kebanyakan yang penuh semak belukar. Hutan disini mirip taman atau kebun raya. Hampara rumput yang mirip karpet hijau dengan beberapa sisi tertanam pohon Ampupu dengan batang berukuran besar. Hela nafas memenuhi paru-paru saat melihat salah satu bukit yang di pangkas. Ini adalah gunung marmer, begitu masyarakat menyebutnya. Benar saja, dibalik padang rumput dan hutan ampupu, tersimpat batu putih nan menawan. Dibawah kaki ini berdiri terdapat marmer sebesar gunung yang siap untuk di gali dan potong-potong. Salah satu ancaman dan potensi kerusakan untuk taman eden di Pulau Timor. 13765332341673724436 13765332341673724436 Halimun sudah turun di sela-sela pepohonan. Sunyi dan senyap, terasa saat melintas di tengah belantara hutan. (dok.pri) Waktupun beranjak dan kabut tebal sudah menghadang. Lambaian lumut-lumut berusia puluhan tahun memberi salam perpisahan. Kuda-kuda yang sedari tadi merumput satu persatu menghilang dari pandangan. Suara lonceng yang dipasang di leher sapi pelan-pelang menghilang dari balik pepohonan. Gunung Mutis, titik tertinggi nan eksotis di Timor.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dhave/gunung-mutis-pesona-eropa-di-indonesia_552ab9d0f17e612b37d623a7
  Gunung Mutis di saksikan dari kilo 12. Salah satu titik pengamatan yang strategis untuk menikmati pesona alam di Kabupaten Timor Tengah Selatan (dok.pri) Pada rumput hijau yang luas dengan kontur berbukit. Tumbuhan berumur ratusan tahun masih kokoh berdiri. Sapi dan kuda berkeliaran kesana kemari untuk mencari rumput yang segar. Diantara ranting-ranting pohon, kicau burung bersahutan. Akhirnya semua pelan-pelan tertutupi halimun tipis Gunung Mutis. Gunung Mutis berjarak sekitar 40Km sisi utara Kota SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur adalah titik tertinggi di Pulau Timor. Perjalan kesana, teringat negeri para higlander di benua eropa. Pohon-pohon dengan diameter 2 pelukan manusia kokoh berdiri. Lumut janggut (Usnea barbabata) menggelayut mengikuti arah angin. 13765330282114426048 13765330282114426048 Hutan bonsai, begitu kata orang untuk menyebut bentuk pepohonan berusia ratusan tahun (dok.pri). Hutan bonsai, begitu masyarakat sekitar menyebut untuk kawasan hutan di Gunung Mutis. Eucalyptus alba atau Minyak Kayu Putih mendominasi di hutan ini. Kayu dengan warna kulit putih begitu kontras dengan hijaunya rerumputan. Kawasan yang dikelola perhutani masih sangat terjaga keasriannya. Sepertinya tak ada tangan jahil yang mencoba mengusik apa yang ada disana. Hanya sapi dan kuda saja yang dilepasliarkan untuk mencari makan setiap harinya. 13765330901622726638 13765330901622726638 Akses menuju kawasan hutan Gunung Mutis sangat mudah, karena akses jalan sudah ada. Beberapa penduduk memanfaatkan kekayaan hutan untuk mendapatkan kayu bakar (dok.pri). Akses menuju Gunung Mutis, sangat mudah karena akses jalan sudah ada. Jika dari Kupang langsung menuju SoE ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan yang berjarak 100Km dengan waktu tempuh 2 jam. Dari SoE langsung menuju Kecamatan Molo lalu dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi dengan jarak temouh sekitar 40Km selama 2,5jam. Hutan Ampupu, sebutan lain untuk kayu putih. Gunung setinggi 2427mdpl sangat eksostis pemandangannya. Dari KM12, yakni sekitar 4Km dari Desa Binau di Molo Utara menjadi titik yang indah untuk mengamati GUnung Mutis dari kejauhan. Bukit menghijau dengan lembah yang bergelombang menambah pesona pulau timor. 13765331561424649468 13765331561424649468 Sapi dan kuda di lepas liarkan untuk mencari makan sendiri di padang rumput. Sebuah pemandangan yang jarang kita dapatkan di daerah lain. Mirip negara-negara Eropa, tetapi ini Indonesia (dok.pri). Masuk di desa Fatumnasi, akan langsung berhadapan dengan pohon-pohon besar di sisi kanan kiri jalan. Acapakali akan berpapasan dengan penduduk lokal yang mencari kayu bakar dari sisi pohon yang telah mengering. Hutan yang lebat tak seperti hutan kebanyakan yang penuh semak belukar. Hutan disini mirip taman atau kebun raya. Hampara rumput yang mirip karpet hijau dengan beberapa sisi tertanam pohon Ampupu dengan batang berukuran besar. Hela nafas memenuhi paru-paru saat melihat salah satu bukit yang di pangkas. Ini adalah gunung marmer, begitu masyarakat menyebutnya. Benar saja, dibalik padang rumput dan hutan ampupu, tersimpat batu putih nan menawan. Dibawah kaki ini berdiri terdapat marmer sebesar gunung yang siap untuk di gali dan potong-potong. Salah satu ancaman dan potensi kerusakan untuk taman eden di Pulau Timor. 13765332341673724436 13765332341673724436 Halimun sudah turun di sela-sela pepohonan. Sunyi dan senyap, terasa saat melintas di tengah belantara hutan. (dok.pri) Waktupun beranjak dan kabut tebal sudah menghadang. Lambaian lumut-lumut berusia puluhan tahun memberi salam perpisahan. Kuda-kuda yang sedari tadi merumput satu persatu menghilang dari pandangan. Suara lonceng yang dipasang di leher sapi pelan-pelang menghilang dari balik pepohonan. Gunung Mutis, titik tertinggi nan eksotis di Timor.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dhave/gunung-mutis-pesona-eropa-di-indonesia_552ab9d0f17e612b37d623a7


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dhave/gunung-mutis-pesona-eropa-di-indonesia_552ab9d0f17e612b37d623a7
Sumber: nttprov.go.id

Mengenal Budaya Pasola dari Sumba

Asal Kata Pasola

Secara etimologis, pasola berasal dari kata sola atau hola yang berarti lembing atau tombak. Kemudian kata dasar sola atau hola mendapat awalan pa yang berarti saling. Jadi kata pasola dapat diartikan sebagai saling menombak atau menyerang dengan lembing.
Dan secara terminoligis, pasola berarti permainan ketangkasan melemparkan lembing atau tombak [tumpul] dari atas kuda ke arah “lawan” dalam rangkaian upacara tradisonal suku Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu.
Tradisi pasola diadakan di empat lokasi berbeda di kabupaten Sumba Barat secara bergiliran.  Keempat tempat tersebut adalah kampung Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.  Waktu pelaksanaannya jatuh pada sekitar bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya, tergantung dari penaggalan tradisonal Sumba.

Sejarah

Menurut cerita rakyat Sumba yang berkembang secara turun temurun, Tradisi Pasola berawal dari kisah seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang yang mempunyai seorang suami bernama Umbu Dulla, salah satu pemimpin di kampung Waiwuang.
Pada suatu hari, Umbu Dulla pamit kepada isterinya untuk pergi melaut bersama dua orang pemimpin adat lainnya yaitu Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. Namun dalam perjalanan, mereka bertiga berubah pikiran dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke selatan pantai Sumba untuk bercocok tanam padi. Oleh karena itu, mereka tidak pulang dalam waktu lama sehingga rakyat mereka menganggap mereka telah meninggal di laut. Rakyat pun mengadakan upacara perkabungan. Dalam keadaan yang demikian itulah, janda cantik dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terlibat asmara dengan Teda Gaiparona, seorang laki-laki dari Kampung Kodi.
Teda Gaiparona bermaksud mempersunting Rabu Kaba namun ditentang oleh keluarga kedua belah pihak sehingga mereka kawin lari. Beberapa waktu berselang, Umbu Dula kembali ke rumah bersama kedua pemimpin lainnya. Alangkah terkejutnya Umbu Dulla mendapatin isterinya telah dipersunting oleh orang lain. Dia berusaha mengajak isterinya pulang namun menolak karena sudah terlanjur cinta dengan Teda Gaiparano.
Untuk memuluskan perkawinan mereka, Teda Gaipora mengganti kepada Umbu Dulla sejumlah belis [semacam mahar] yang dulu dibayarkan kepada Rabu Kaba berupa kuda, sapi, kerbau, dan barang-barang berharga lainnya.  Setelah seluruh belis dilunasi, barulah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dan Teda Gaiparona dapat dilangsungkan.  Pada akhir pesta pernikahan, Umbu Dulla meinta warga Waiwuang untuk mengadakan pesta penagkapan nyale [cacing laut] dengan melaksanakan tradisi  pasola untuk melupakan kesedihannya yang talah kehilangan isteri.

Prosesi Upacara

Upacara pasola selalu diawali dengan serangkaian prosesi adat penangkapan nyale sebagai wujud rasa syukur terhadap anugerah Tuhan yang melimpah seperti suksesnya panen. Nyale adalah bahasa setempat untuk cacing laut yang apabila muncul dalam jumlah banyak di tepi pantai, maka ini merupakan pertanda baik buat masyarakat setempat. Kemunculan nyale merupakan lambang kemakmuran bagi masyarakat Sumba dan sekitarnya. Upacara penangkapan nyale dilaksanakan pada malam bulan pernama dan dipimpin oleh   Para Rato , pemuka adat Sumba.
Setelah upacara penangkapan nyale sukses yang ditandai dengan banyaknya hasil tangkapan yang kemudian “disidangkan” di hadapan Majelis Para Rato, maka setelah itulah upacara pasola dapat dilaksanakan. Pasola dilaksanakan di lapangan yang luas sebagai “medan pertempuran” dan disaksikan oleh seluruh warga dan wisatawan baik lokal maupun internasional.

Setiap kelompok yang terlibat dalam pasola terdiri dari sekitari 100 orang pemuda bersenjatakan sola [tombak]  yang terbuat dari kayu berujung tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 cm. Kedua keompok pemuda tersebut saling berhadapa-hadapan dan saling menyerang layaknya sebuah peperangan sungguhan antara dua kelompok kesatria Sumba. Dalam pelaksanaannya, tradisi pasola tidak jarang memakan korban jiwa. Dalam kepercayaan Marapu, korban yang terjatuh merupakn orang yang mendapatkan hukuman dari para Dewa karena telah melakukan dosa dan kesalahan dan darah yang tercucur dianggap membri pertanda kesuburan tanah dan tanaman pada musim tanam mendatang.

Sumber :http://tourkomodofloreskelimutu.com

Rabu, 21 Desember 2016

Mengenal para pahlawan melalui Uang NKRI 2016

Ini Dia Profil Para Pahlawan di Uang Rupiah Baru Foto: Rengga Sancaya


Buat yang belum kenal dengan para pahlawan dan jasa mereka terhadap bangsa, yuk kita lihat profilnya di sini seperti dikutip dari berbagai sumber, Rabu (21/12/2016).

Ini Dia Profil Para Pahlawan di Uang Rupiah BaruFoto: Dok. Bank Indonesia

Pecahan Rp 100.000
Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
Siapa yang tidak kenal dengan dua proklamator Indonesia ini, namanya bisa ditemui di banyak kota di Indonesia. Soekarno merupakan Presiden RI yang pertama, sedangkan Hatta adalah wakilnya.

Pecahan Rp 50.000
Ir. H Djuanda Kartawidjaja
Pria kelahiran Tasikmalaya 14 Januari 1911 ini memberikan sumbangan terbesar kepada bangsa melalui Deklarasi Djuanda tahun 1957, yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Ini dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS).

Anak pertama pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat ini juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir, dan Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.

Ini Dia Profil Para Pahlawan di Uang Rupiah BaruFoto: Dok. Bank Indonesia

Pecahan Rp 20.000
Dr. G. S. S. J. Ratulangi
Pria kelahiran Sulawesi ini adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia yang menjadi gubernur pertama Sulawesi. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano.

Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.

Pecahan Rp 10.000
Frans Kaisiepo
Pria berdarah Papua ini terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti beruap. Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua pada 1964-1973.

Pecahan Rp 5.000
Dr. KH. Idham Chalid
Guru Besar Nahdatul Ulama ini pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus ia aktif dalam kegiatan keagamaan dan ia pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984.

Ini Dia Profil Para Pahlawan di Uang Rupiah BaruFoto: Dok. Bank Indonesia

Pecahan Rp 2.000
Mohammad Hoesni Thamrin
Perintis Revolusi Kemerdekaan Indonesia ini merupakan politisi nasional era Hindia Belanda. Thamrin lahir di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta), dari ayah seorang Belanda dengan ibu Betawi.

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat), mewakili kelompok Inlanders (pribumi). Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola Hindia Belanda karena pernah menyumbang 2.000 Gulden di 1932 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia.

Pecahan Rp 1.000 kertas
Cut Meutia
Wanita kelahiran Aceh 1870 ini melakukan perlawanan terhadap Belanda di banyak pertempuran, salah satunya di pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara.

Pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.

Pecahan Rp 1.000 logam
Mr. I Gusti Ketut Pudja
Tokoh penentu NKRI ini ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).

Ia juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil. Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan pahlawan nasional.

Ini Dia Profil Para Pahlawan di Uang Rupiah BaruFoto: Dok. Bank Indonesia

Pecahan Rp 500 logam
Letjen TNI T.B. Simatupang
Pria berdarah batak ini pernah ditunjuk Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950.

Ia menjadi KASAP hingga tahun 1953. Jabatan KASAP secara hirarki organisasi pada waktu itu berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara dan berada di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan.


Pecahan Rp 200 logam
Dr. Tjipto Mangunkusumo
Pria kelahiran Jepara ini merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda.

Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.


Pecahan Rp 100 logam
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
Pria kelahiran Rote ini merupakan cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM). Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang militer.

Pada tahun 1946 Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI. Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Kotabaru ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.

Keahlian Herman Johannes sebagai fisikawan dan kimiawan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama clash I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol Soeharto sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo. Karena ia menguasai teori jembatan saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. (ang/dnl)

Sumber: Detik.com